Selasa, 12 Juli 2011

KEKAYAAN UMAR BIN KHATTAB DAN SAHABAT LAINNYA


Selama ini, kita hanya mengetahui bahwa hanya ada dua sahabat Rasul yang benar-benar sangat kaya, yaitu Abdurrahman bin Auf dan Ustman bin Affan. Namun sebenarnya, sejarah juga sedikit banyak seperti “mengabaikan” kekayaan yang dipunyai oleh sahabat-sahabat yang lain.

Ingat perkataan Umar bin Khattab bahwa ia tak pernah bisa mengalahkan amal sholeh Abu Bakar? Itu artinya, siapapun tak bisa menandingi jumlah sedekah dan infaqnya Abu Bakar As-Shiddiq.

Lantas, bagaimana dengan kekayaan Umar bin Khattab sendiri? Khalifah setelah Abu Bakar itu dikenal sangat sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan kenyang, menjaga perasaan rakyatnya. Padahal, Umar adalah seorang yang juga sangat kaya.

Ketika wafat, Umar bin Khattab meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.000 ladang, yang rata-rata harga ladangnya sebesar Rp 160 juta—perkiraan konversi ke dalam rupiah. Itu berarti, Umar meninggalkan warisan sebanyak Rp 11,2 Triliun. Setiap tahun, rata-rata ladang pertanian saat itu menghasilkan Rp 40 juta, berarti Umar mendapatkan penghasilan Rp 2,8 Triliun setiap tahun, atau 233 Miliar sebulan.


KEKAYAAN UMAR DAN SAHABAT

Sedikit dari Banyaknya Bukti Kekayaan Sahabat
Kekayaan Umar bin Khattab ra
• Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian) seharga @ 160juta (total Rp
11,2 Triliun)
• Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau
233 Miliar/bulan.
• Simpanan = hutang dalam bentuk cash
Kekayaan Utsman bin ‘Affan ra
• Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham
• Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar
• Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M)
Kekayaan Zubair bin Awwam ra
• 50 ribu dinar
• 1000 ekor kuda perang
• 1000 orang budak
Kekayaan Amr bin Al-Ash ra
• 300 ribu dinar
Kekayaan Abdurrahman bin Auf ra
• Melebihi seluruh kekayaan sahabat!!
• Dalam satu kali duduk, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf berinfaq
sebesar 64 Milyar (40 ribu dinar)
Bukan hanya sahabat utama yang kaya, namun juga rakyatnya hidup berkecukupan
Pada masa Umar bin Khattab ra (10 tahun bertugas),
• Mu’adz bin Jabal menuturkan di Yaman sampai kesulitan menemukan seorang
miskin pun yang layak diberi zakat (Al-Amwal, hal 596)
• Mampu menggaji guru di Madinah masing-masing 15 dinar atau +/- 18 juta/bulan
(Ash-Shinnawi, 2006)
Pada masa Umar bin Abdul Azis ra (3 tahun bertugas)
• Yahya bin Sa’id (petugas zakat) berkata, “Ketika hendak membagikan zakat,
saya tidak menjumpai seorang miskin pun. Umar bin Abdul Azis telah menjadikan
setiap individu rakyat pada waktu itu berkecukupan”. (Ibnu Abdil Hakam, siroh
Umar bin Abdul Azis, hal 59)
• Surat Gubernur Bashrah, “Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri
khawatir mereka akan menjadi takabbur dan sombong.” (Al-Amwal, hal 256)
Anda juga bisa kaya seperti mereka, karena sumber kekayaan kita -umat Islam-
telah ada, hanya tinggal digali!


Gaji 233 M Sebulan Menganggap Dirinya Bermewah-Mewahan Jika Makan Lebih Dari
Dua Lauk Dalam Satu Hidangan
Sejak lama saya mengenal [lebih tepatnya beragama] Islam dan berusaha mengenal
perjalanan hidup Rasulullah dan para sahabat. Tapi saat saya membuka website
http://spiritualpreneurship.com/?id=sirohproperti saya mendapatkan fakta Umar
sang sahabat utama Rasul adalah seorang milyarder dengan penghasilan 233 M
sebulan. Meskipun penghasilan beliau sebesar itu, Umar ra menganggap dirinya
bermewahmewahan jika makan lebih dari dua lauk dalam satu hidangan.
Dalam sebuah pengajian, saya pernah mendapati seorang ustadz menyampaikan:
â€Kita selalu mempelajari Sirah Nabawiyah dan Sirah para Sahabat, akan tetapi
kita selalu membicarakan masalah akhlaq, keimanan, Tawakkat, ibadah dan
pengorbanan mereka.
Kenapa kita tidak pernah menanyakan bagaimana kehidupan mereka ketika
dikatakan dalam Sirah tersebut bahwa Umar menginfaq-kan separoh harta
kekayaannya untuk perjuangan Rasulullah dan Abu Bakar seluruh kekayaannya
diinfaq-kan?
Seakan kita hendak meneladani semua perilaku semua ibadah dan ketundukan para
sahabat dalam mengejar Syurga dan tak pernah kita mencontoh bagaimana para
sahabat memenuhi kebutuhan keluarga dan mengapa mereka bisa berinfaq demikian
luar biasa?
Seakan-akan kita tak membutuhkan bekal untuk hidup di dunia dengan
mengabaikan pelajaran pola hidup mereka dalam menghadapi kehidupan. Betul
sekali keyakinan kita akan halnya para sahabat yang sangat zuhud dengan dunia,
akan tetapi mereka juga mengejar dunia dengan semangat luar biasa.
Apakah kalian tidak ingat akan sebuah hadits – beramallah kalian untuk
kehidupan akhirat seakan-akan kalian akan mati esok hari dan beramallah kalian
untuk kehidupan dunia seakan-akan kalian hendak hidup selamanya?
Kalian yang ada di majelis ini, jangan hanya akherat saja yang kalian kejar.
Kalian menjadi Zuhud yang kebablasan. Kalian tidak pernah bekerja untuk
mengajar dunia kalian. Isyarat hadits ini adalah bagaimana kita menjadi Muslim
yang seimbang.
sementara di luar sana, kebanyakan manusia mengejar dunia mati-matian, tapi
lupa mempersiapkan kehidupan Akherat mereka, meski tak semua diantara mereka
menjadi kaya raya, tapi perlu kalian catat bahwa banyak diantara mereka
betul-betul melalaikan akheratnya.
Saudara, itulah nasihat sang Ustadz. Sayangnya kita sering lupa. Bahwa kita
harus Kaya kalau mau naik haji. Diantara kita jarang yang mempersiapkan
kekayaan untuk naik haji. Diantara kita ketika sudah memiliki kekayaan, banyak
yang lupa untuk mempersiapkan diri menunaikan ibadah haji.
Masih dari website tadi. Saya juga baru menemukan daftar kekayaan para sahabat.
Dan satu tauladan yang patut kita tiru, meski Umar Ra memiliki penghasilan 233
Miliar sebulan, beliau menganggap dirinya bermewahan jika makan lebih dari dua
lauk dalam satu hidangan...
Satu nasihat yang sangat baik untu kita kapanpun dan dimanapun adalah agar kita
tidak menghabiskan gaji yang kita teima untuk konsumsi. Melainkan disisihkan
untuk berinvestasi. Agar uang kita tidak habis hanya untuk dimakan.
Kalau menginginkan artikel lengkap silakan klik di
http://spiritualpreneurship.com/?id=sirohproperti


Umar ra memiliki 70.000 properti. Umar ra selalu menganjurkan kepada para pejabatnya untuk tidak menghabiskan gajinya untuk dikonsumsi. Melainkan disisakan untuk membeli properti. Agar uang mereka tidak habis hanya untuk dimakan.

Namun begitulah Umar. Ia tetap saja sangat berhati-hati. Harta kekayaannya pun ia pergunakan untuk kepentingan dakwah dan umat. Tak sedikit pun Umar menyombongkan diri dan mempergunakannya untuk sesuatu yang mewah dan berlebihan.

Menjelang akhir kepemimpinan Umar, Ustman bin Affan pernah mengatakan, “Sesungguhnya, sikapmu telah sangat memberatkan siapapun khalifah penggantimu kelak.” Subhanallah! Semoga kita bisa meneladani Umar bin Khattab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar